SALATIGA, Saat ini orang terlalu merumitkan aturan-aturan agama, sehingga menggerus budaya toleransi yang sudah ada di tengah masyarakat sejak dulu. Sesuatu hal yang dulu tidak menjadi masalah dalam rangka menjunjung toleransi antaruma beragama, saat ini justru menjadi masalah. Salaing memberikan ucapan hari raya antaragama yang dulu diajarkan, kini justru menjadi masalah. Bahkan persoalan-persoalan yang merusak toleransi antarumat beragama sengaja digunakan untuk menyerang generasi muda, sehingga dikhawatirkan menimbulkan perpecahan bangsa.
Hal itu diungkapkan Ketua Generasi Muda Forum Kerukunan Umat Beragama (Gema-FKUB) Jateng, Imam Fadilah, saat Diskusi FKUB Jateng yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemprov Jateng di RM Elangsari Salatiga, kemarin.
”Persoalan-persoalan seperti ini yang menjadi tantangan ke depan yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa. Inilah pentingnya Gema-FKUB merajut kebhinekaan di antara generasi muda bangsa,” kaga Imam.
Diskusi yang dibuka Kabid Ketahanan Bangsa, Badan Kespangpol Pemprov Jateng, Atiek Surniati itu, menghadirkan pembicara Kepala Kantor Kementerian Agama Salatiga KH Fahrudin, Ketua FKUB Salatiga KH Noor Rofiq, dan Taslim Sahlan (FKUB Jateng). Diskusi bertema ”Merajut Kemajemukan dan Kerukunan untuk Keutuhan NKRI”. Hadir sejumlah tokoh dari berbagai agama di Kota Salatiga, pengurus FKUB Kota Salatiga, mahasiswa, dan aktivis pemuda.
Menurut Imam, adanya media sosial semakin membuat persoalan agama semakin mengancam toleransi antarumat beragama. Gema-FKUB yang berdiri sejak 2011 diharapkan menjadi benteng atas persoalan yang mengancam toleransi antaragama itu. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga, KH Fahrudin mengatakan Allah Swt menciptakan manusia bermacam-macam bentuk dan rupa.
Kunci dari merawat perbedaan adalah dengan membiarkan yang beda tetap beda. Yang sudah sama jangan dipaksakan beda. Termasuk membiarkan agama yang berbeda-beda karena sudah ada sejak dulu. ”Pendiri bangsa ini sadar bahwa bangsa ini berbeda-beda,” kata Fahrudin.