SALATIGA – Anggota Komisi I DPRD Kota Tomohon melakukan kunjungan kerja ke Kota Salatiga, Kamis (27/2/2020).
Rombongan wakil rakyat Kota Tomohon itu dipimpin Ketua Komisi I DPRD Kota Tomohon James J E Kojongian.
Rombongan diterima langsung Wakil Wali Kota Salatiga Muh Haris bersama Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit dan Ketua FKUB Salatiga KH Noor Rofiq.
Ketua Komisi I DPRD Kota Tomohon James J E Kojongian mengatakan, kunjungan kerja ke Kota Hati Beriman tidak lain ingin mempelajari iklim toleransi masyarakat Salatiga.
“Toleransi masyarakat Kota Salatiga ini adalah cermin kerukunan pemimpinnya.”
“Karenanya kami datang guna mendalami strategi kota ini dalam memelihara toleransi,” terangnya kepada Tribunjateng.com, di Rumah Dinas Wali Kota Salatiga, Kamis (27/2/2020)
Menurut James, tingkat toleransi yang terbangun di Salatiga telah dia ketahui lama tidak hanya penghargaan dari Lembaga Setara Institute.
Tetapi juga mahasiswa asal Tomohon yang tengah studi di UKSW
“Karenanya sengaja kami ke sini dalam maksud untuk belajar bagaimana menciptakan toleransi tersebut,” katanya
Ketua FKUB Kota Salatiga, KH Nur Rofiq menambahkan, apabila suatu daerah ingin meniru Salatiga dalam menjaga kerukunan umat beragama harus memenuhi empat syarat.
“Yakni harus ada dukungan pemerintah, sinergi tokoh agama dan masyarakat. Selanjutnya heterogitas di dalam masyarakat terjamin, tidak ada saling mendominasi,” ucapnya
Pihaknya berkata, apabila empat kriteria dijalankan maka predikat Tomohon sebagai kota toleran dapat melejit.
Tapi, jika masing-masing suku Tomohon menonjolkan etnis suku akan sulit tercapai.
Wakil Wali Kota menyampaikan, toleransi yang terbangun selama ini tidak lain berkat dukungan masyarakat dan para pemangku kepentingan atas kesadaran pentingnya menjaga kerukunan.
“Predikat dan penghargaan sebagai kota tertoleran bukanlah tujuan kami, penilaian dari Setara Institut juga secara sembunyi-sembunyi.”
“Tapi kami dan masyarakat memang terus menjaga kerukunan tersebut,” ujarnya
Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit menegaskan, kalau Salatiga memang kota toleran yang bukan kesadaran timbul dari atas ke bawah, melainkan justru alamiah oleh masyarakat.
“Bagaimana cara mengetahuinya dengan mudah adalah saya menjadi ketua dewan adalah bukti toleransi tersebut berjalan. Karena saya asli Manadi,” ungkapnya
Politisi PDIP itu menyatakan apabila orang dari luar Jawa ingin melihat budaya asal Minahasa, Batak misalnya tidak perlu berkunjung ke daerah asal karena dapat dijumpai di Salatiga.
Pihaknya menyatakan, seni budaya lain seperti Papua dan Dayak serta budaya daerah manapun di Indonesia juga ada.
“Karena itu Salatiga ini juga dijuluki Indonesia mini,” sebutnya